Aku
memang punya teman dekat yang bisa kuajak cerita, baik pribadi maupun hal
biasa. Namun terkadang bahkan sering aku menyembunyikan hal yang penting bahkan
itu hanya aku yang menyimpannya. Tidak kuceritakan secara detail atau ada yang
disembunyikan. Sulit bagiku untuk mengatakannya, berat bibirku melontarkan
sepatah kata tentang hal yang penting itu.
Setiap
aku sendirian atau sedang berdiam diri, terlintas dalam pikirku tentang hal
yang membuatku ingin mengatakan namun aku merasa sangat takut. Ketika aku tidak
sanggup menahannya, aku hanya bisa menangis. Dadaku terasa menyesak seakan-akan
ingin membunuhku. Aku ingin mengatakan, tapi aku tidak bisa. Bukan karena aku
tidak mempercayainya tetapi aku pikir ini hanya aku yang dapat menyelesaikan
jika aku bertindak.
Aku
memang terlihat kuat dan berani, tetapi nyaliku sangat jauh dari yang
dibayangkan. Ketika itu aku berpikir dan terus berpikir, aku ingin ada
seseorang yang membuatku berani, menasehatiku, mendukungku, bukannya
memojokkanku. Tetapi bagaimana itu bisa tercapai sedangkan aku hanya diam dan
tidak mengatakan apapun.
Mungkin
Tuhan menunjukku untuk mendapatkan ujian itu, karena Tuhan tahu aku mampu. Aku
selalu berpikir seperti itu, aku selalu berpikir positif namun ketakutanku
lebih menguasaiku daripada apa yang kupikirkan. Ketakutanku lebih menyakitkan
dan menyusahkan daripada sakit hati.
Sungguh
pengecut diriku!
Aku
lebih memilih diam
Melalui
kata-kata, kucurahkan isi hatiku
Bukan
karena aku takut tidak didengar, tapi aku tidak ingin menjadi beban
Seorang
teman dekat tahu aku menyembunyikan sesuatu, namun aku tetap bertahan untuk
tidak mengatakannya dan terus mengelak dengan penuh keyakinan.
Ketika
aku tidak mampu menahannya, aku hanya menangis sambil memegang dadaku. Sungguh
sakit yang kurasa, namun aku berusaha menenangkan jiwaku (batinku). Walau sudah
tenang, namun saat-saat tertentu akan muncul kembali meski dalam keadaan ramai.
Aku
ingin meminta tolong, tapi aku berpikir masalah ini aku yang buat. Tentu saja
orang-orang sangat marah hingga kecewa. Batinku terasa tertekan karena
ketakutan yang terus menguasaiku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, selalu ada
yang membisik di telingaku. Itu bisikan nasehat untukku, namun aku masih belum
bisa melakukannya. Aku takut sebelum mencoba.
Suatu
ketika aku bertanya pada teman dekatku “memangnya
aku terlihat bahagia kah?” sambil tersenyum
“ya senang, gembira”
Aku
tersenyum sambil berkata“yakin?!”
Dia
hanya tertawa “yakin” dengan jawaban
yang agak meragukan
“kalau aku gak yakin”
jawabku sambil ketawa
“kenapa gak yakin? Yakin-yakin aja
gin?” sahut temanku sambil ketawa
Lalu
kamui tertawa bersama
Sambil
tertawa aku berkata dalam hati “ternyata (…)
tidak tahu, syukurlah aku bisa menutupinya”
***