Selasa, 16 Agustus 2011

Do'a Seorang Anak Piatu Kepada Bundanya



***





Dinginnya pagi ini, sedingin hatiku yang selalu kesepian. Kehangatan yang pernah kudapat sekarang telah hilang. Kehangatan itu benar-benar lenyap begitu saja. Hati ini sangat kedinginan, hingga menjadi terasa sakit. Pelukan yang hangat hanya pernah kudapat dari seorang ibu. Namun saat ini ia bersama Tuhan. Aku kedinginan, aku sangat kedinginan saat kau tak ada, bunda. Aku selalu merasa kesepian.



Aku tahu aku punya banyak teman tapi mereka tak dapat menggantikan kehangatan kasih sayang yang pernah kau berikan padaku, bunda. Kehangatannya sangat berbeda. Tidak ada yang membelaku, tidak ada yang membantuku. Aku selalu saja disalahkan, bunda. Saat aku dimarahi tidak ada yang menenangkanku, aku sangat terluka, bunda. Aku disakiti dengan keluarga yang bunda bina. Aku ingin lari tapi aku harus lari ke mana, bunda. Aku sangat takut, bunda.



Ayah sudah tak sayang pada anak bunda.



Ia telah menikah setahun yang lalu, aku sangat terluka, bunda. Bunda dengar kan apa yang Ruka katakan?!

Bunda tolong katakan pada Tuhan, Tolong jaga Ruka!

Ruka terlalu takut!

Bunda pasti melihat Ruka?!

Bunda pasti tahu kan?! Ruka tidak suka istri ayah, ayah seperti pembantu. Saat Ruka melihat ayah disuruh sana sini oleh istrinya, hati ini sakit bunda. Aku membela ayah tapi ayah sama sekali tidak membelaku. Dia hanya tahu kalau aku membenci istrinya makanya aku tidak dibelanya. Aku membenci istrinya karena kelakuannya, bunda. Bunda pasti mengerti perasaan Ruka. Saat ayah bersama istrinya hati ini sangat iri, bunda. Aku ingin dimanjakan, aku ingin diperlakukan selayaknya sebagai anak. Ayah menelantarkan kami semua, bunda. Anak-anak bunda. Dia seperti tak memilik anak darimu, bunda. Dia seperti mengabaikan kami semua.



Sekarang ini kakak masih saja tak berteguran dengan ayah karena kelakuan ayah yang seperti itu. Aku benar-benar sedih. Aku sangat marah dengan sikap ayah yang seperti itu. ia selalu menyakiti hati anak-anaknya, bunda. Apa bunda tidak marah?! Aku sangat marah bunda.



Ayah sangat jarang di rumah, ayah selalu bersama istrinya. Aku ingin ayah di rumah memberikan nasehat canda tawa pada kami, jalan sekeluarga seperti dulu walau tanpa bunda tapi aku tak bisa mengembalikan masa itu.



Bunda, ayah tak mengerti apa yang Ruka rasakan. Ayah tidak mengerti betapa aku sayang padanya, aku membelanya kenapa dia seperti itu bunda?! Karena istrinya aku selalu bertengkar padanya?! Aku benci pada istrinya bunda. Sangat sombong! Aku tidak butuh istrinya tapi aku butuh ayah, bunda. Yang bisa menggantikan bunda.



Berikan keharmonisan dalam keluarga itu sudah membuatku sangat nyaman. Ayah seperti ingin membunuh anak-anaknya perlahan-lahan.





Tunggu aku, bunda! Aku akan menyusulmu. Aku akan adukan semuanya pada bunda dan pada Tuhan atas sikapnya yang seperti itu. Rumah yang dulunya seperti istana sekarang seperti penjara bagiku. saat kita bertemu lagi, aku akan memeluk bunda erat-erat. Tunggu aku bunda!





Aku sayang bunda …





***





Monday, 17 May 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar