Minggu, 25 Maret 2012

Diamku adalah Perasaan yang Penting


Aku memang punya teman dekat yang bisa kuajak cerita, baik pribadi maupun hal biasa. Namun terkadang bahkan sering aku menyembunyikan hal yang penting bahkan itu hanya aku yang menyimpannya. Tidak kuceritakan secara detail atau ada yang disembunyikan. Sulit bagiku untuk mengatakannya, berat bibirku melontarkan sepatah kata tentang hal yang penting itu.

Setiap aku sendirian atau sedang berdiam diri, terlintas dalam pikirku tentang hal yang membuatku ingin mengatakan namun aku merasa sangat takut. Ketika aku tidak sanggup menahannya, aku hanya bisa menangis. Dadaku terasa menyesak seakan-akan ingin membunuhku. Aku ingin mengatakan, tapi aku tidak bisa. Bukan karena aku tidak mempercayainya tetapi aku pikir ini hanya aku yang dapat menyelesaikan jika aku bertindak.

Aku memang terlihat kuat dan berani, tetapi nyaliku sangat jauh dari yang dibayangkan. Ketika itu aku berpikir dan terus berpikir, aku ingin ada seseorang yang membuatku berani, menasehatiku, mendukungku, bukannya memojokkanku. Tetapi bagaimana itu bisa tercapai sedangkan aku hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

Mungkin Tuhan menunjukku untuk mendapatkan ujian itu, karena Tuhan tahu aku mampu. Aku selalu berpikir seperti itu, aku selalu berpikir positif namun ketakutanku lebih menguasaiku daripada apa yang kupikirkan. Ketakutanku lebih menyakitkan dan menyusahkan daripada sakit hati.

Sungguh pengecut diriku!

Aku lebih memilih diam
Melalui kata-kata, kucurahkan isi hatiku
Bukan karena aku takut tidak didengar, tapi aku tidak ingin menjadi beban

Seorang teman dekat tahu aku menyembunyikan sesuatu, namun aku tetap bertahan untuk tidak mengatakannya dan terus mengelak dengan penuh keyakinan.

Ketika aku tidak mampu menahannya, aku hanya menangis sambil memegang dadaku. Sungguh sakit yang kurasa, namun aku berusaha menenangkan jiwaku (batinku). Walau sudah tenang, namun saat-saat tertentu akan muncul kembali meski dalam keadaan ramai.

Aku ingin meminta tolong, tapi aku berpikir masalah ini aku yang buat. Tentu saja orang-orang sangat marah hingga kecewa. Batinku terasa tertekan karena ketakutan yang terus menguasaiku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, selalu ada yang membisik di telingaku. Itu bisikan nasehat untukku, namun aku masih belum bisa melakukannya. Aku takut sebelum mencoba.

Suatu ketika aku bertanya pada teman dekatku “memangnya aku terlihat bahagia kah?” sambil tersenyum

“ya senang, gembira”

Aku tersenyum sambil berkata“yakin?!”

Dia hanya tertawa “yakin” dengan jawaban yang agak meragukan
“kalau aku gak yakin” jawabku sambil ketawa
“kenapa gak yakin? Yakin-yakin aja gin?” sahut temanku sambil ketawa

Lalu kamui tertawa bersama
Sambil tertawa aku berkata dalam hati “ternyata (…) tidak tahu, syukurlah aku bisa menutupinya”

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar